Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik atau lebih dikenal dengan sebutan SLE atau LES berbagai istilah lainnya seperti penyakit dengan seribu wajah, merupakan salah satu penyakit reumatik autoimun yang memerlukan perhatian khusus baik dalam mengenali tampilan klinis penyakitnya hingga pengelolaannya.
Kedua jender dapat diserang oleh penyakit ini, dimana predominansi lebih menonjol pada perempuan di usia reproduktif. Juga mengenai semua ras walau lebih banyak terlihat pada perempuan di Asia, atau mereka yang berkulit hitam di Amerika.
Perjalanan penyakit LES ini sangatlah dinamis sehingga seringkali menyulitkan diagnosis manakala profesional medik dihadapi pada tampilangejala atau keluhan yang tidak lengkap. Pengenalan dini akan kemungkinan seseorang terkena penyakit ini sangatlah penting, mengingat angka kematian dapat terjadi dengan cepat terkait aktivitas penyakitnya di tahun-tahun pertama. Sementara itu, penyulit lanjut terutama pada sistim kardiovaskular dan terganggunya berbagai fungsi organseiring dengan melajunya perjalanan alamiah penyakit ini pun memberikan kontribusi yang besar bagi morbiditas maupun mortalitas pasien dengan LES atau sering disebut sebagai orang dengan lupus (ODAPUS).
Manifestasi yang beragam, seringkali tidak disadari oleh profesional medik yang menghadapi pasien tersebut. Tidak jarang, selama berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun pasien didiagnosis berdasarkan manifestasi yang dominan terlihat seperti anemia, glomerulonefritis, dermatitis acneiform, dan sebagainya. Manifestasi yang muncul dapat terjadi dengan rentang waktu yang panjang. Kelambatan dalam menegakkan diagnosis akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan pengelolaan maupun kesintasan pasiendengan LES.
Pengelolaan yang paripurna akan menentukan keluaran yang baik. Manfaat yang dirasakan pasien juga akan lebih nyata. Berbagai penyulit yang dapat dicegah tentunya meningkatkan kesintasan hidup ODAPUS, dihindarinya pemakaian obat yang tidak diperlukan atay bahkan mengurangi biaya pengobatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Para ahli yang tergabung dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia atau IRA menyadari betapa kompleksnya penyakit LES ini dan minimnya pengetahuan para profesional medik di tanah air. Akibatnya tidak jarang terjadi kesalahan dalam diagnosis yang berdampak pada pengobatannya.Para dokter menyatakan kurangnya akses terhadap protokol pengobatan yang mampu laksana, terutama mengingat geograi negara kita yang sangat luas dan tidak jarang terdapat wilayah-wilayahyang sangat terpencil.
Melalui berbagai upaya dan sebagai revisi dari panduan mengenai diagnosis dan pengelolaan LES tahun 2004, maka IRA menerbitkan Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia untuk Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosis Sistemik. Rekomendasi ini dibuat sedemikian rupa agar terlihat seberapa besar peran yang dapat diberikan mulai dari dokter umum, spesialis terutama ahli penyakit dalam hingga para konsultan reumatologi di tanah air. Telah pula disiapkan sistim rujukan yang dapat diterapkan mulai dari periferi hingga ke rumah sakit rujukan nasional. Memangperlu disadari bahwa pemahaman yang paripurna akan penyakit ini sangat menentukan keberhasilan pengelolaan pasien dengan LES.
Rekomendasi ini telah mendapat dukungan dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia atau PAPDI dan akan disampaikan sebagai salah satu bentuk rekomendasi bagi penatalaksanaan penyakit khusus kepada Departemen Kesehatan Indonesia untuk selanjutnya dapat dikeluarkan sebagai Panduan Nasional dalam Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Silahkan lihat disini
0 komentar:
Post a Comment